Nabi Muhammad dan Cinta yang Tulus
Ada seorang lelaki yang berasal dari sebuah kampung di Arab datang ke Madinah. Saat itu, Nabi Muhammad SAW sudah hijrah dan tinggal di Kota Madinah. Adapun tujuan si pemuda kampung ini adalah untuk berjumpa langsung dengan sang Nabi.
Namun, si laki-laki ini sejogjanya belum pernah melihat secara langsung Nabi Muhammad SAW. Bagaimana rupa dan akhlak Nabi, si lelaki ini tidak pernah tahu. Ia hanya mendengar nama sang Nabi, yaitu Muhammad anak Abdullah yang sangat populer hingga seluruh Arab. Setiap hari sang Nabi menjadi bahan perbincangan orang-orang.
Tapi sayangnya, lelaki ini hanya mendengar cerita-cerita negatif yang tidak pernah ada pada sang Nabi. Cerita-cerita yang ditambah dengan bumbu-bumbu kebencian seakan-akan menjadi Muhammad sebagai seorang yang buruk. Tidak ada hal positif yang didengar lelaki ini tentang Nabi Muhammad.
Baca Juga: Pembahasan Lengkap Tentang Kalimat Dalam Bahasa Arab
Si pemuda tersebut bertambah kesal ketika mendengar bahwa sang Nabi dengan beraninya menghina tuhan-tuhan kaum Quraisy maupun kabilah-kabilah lainnya. Belum lagi ketika ia mendengar bahwa Nabi Muhammad adalah seorang pendusta atau penyihir.
Sayangnya, semua berita bohong tentang Nabi ditelannya mentah-mentah dan menganggap itu sebagai sebuah kebenaran. Hatiny diselimuti oleh kebencian dan kemarahan yang membara. Ia pun berangkat ke Madinah untuk bertemu langsung dengan Muhammad. Tidak lupa, ia membawa pedang yang tajam.
Dalam perjalanan ke Madinah, si lelaki ini tidak henti-hentinya bersumpah serapah dan berkali-kali ingin mengatakan akan membunuh sang Nabi. Muhammad telah merusak tatanan kehidupan yang sudah mapan dan telah berakar di tengah-tengah masyarakat Quraisy.
Setibanya di Madinah, ia bertanya kepada orang-orang. Dan atas petunjuk orang-orang, maka berdirilah ia di hadapan Nabi Muhammad. Darahnya semakin mendidih, ia mengucapkan kata-kata yang kasar, mencaci maki dengan sebutan-sebutan aneh, dan lain sebagainya.
Sebaliknya, Nabi Muhammad hanya tersenyum mendengar ocehan lelaki itu dan tidak mengatakan apa pun. Malah beliau menyambutnya dengan sopan dan sikap yang santun. Nabi terus tersenyum, sedikit pun tidak ada ketakutan di dalam hatinya. Senyuman sang Nabi terpancar bak cahaya putih. Cahaya itu menerobos jantung si lelaki itu sehingga meluluhkan hatinya.
Tidak lama kemudian, si lelaki tampak galau. Hatinya berkecamuk hebat dan berubah sesaat kemudian. Dalam hatinya berkata, “Betapa anehnya yang kurasakan. Betapa berbedanya informasi yang kudapatkan tentang Muhammad. Ia begitu baik, sangat santun, dan senantiasa tersenyum.”
Kemarahan yang mengepung hatinya tiba-tiba mereda. Sikapnya yang bengis dan kejam berubah menjadi lembut. Ia pun menjatuhkan diri di kaki Nabi dan pelukan Nabi. Ia menangis tersedu sedan. Lalu si pemuda ini berkata, “Wahai Muhammad, demi Tuhan, aku berusaha menemuimu. Sebelumnya, tidak ada orang yang paling kubenci, kecuali engkau. Namun kini aku berbalik, tidak ada orang yang paling kucintai kecuali engkau.”
Kisah ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang memiliki cinta yang tulus. Beliau tidak berpura-pura mencintai, tetapi cinta yang melekat pada Nabi adalah cinta yang tulus dan aneh. Dengan cinta itulah ia telah menaklukkan hati si lelaki Quraisy itu.